Hantu Kepala Buntung


Sumber Info 

Ini adalah Cerita tentang Empat Sekawan (Doni, Nita, Ardi dan Lita) yang sedang ingin berlibur.
“Ayo cepat lah, Nanti Kita tertinggal bus…!” marah Ardi terhadap empat temannya. Keempat Teman Ardi langsung berlari ke teras rumah. “Sabar dong di, aku kan sedang bersiap-siap untuk liburan kita…!” kata Nita dengan muka marah. “Kamu tuh buru-buru banget Di, Kangen sama Kampungmu ya, hahahaha” kata Dino menertawai Ardi. “Bukan Kangen tau, tapi gue udah gak sabar aja” jawab Ardi. “sama aja kali Di, Yaudah cepat kita berangkat sebelum Kesiangan” Jawab Lita yang sudah sangat siap.

Dengan hati yang senang Empat Sekawan menunggu bus di pinggir jalan. Tapi bus yang ditunggu tidak kunjung datang. “busyet dah lama banget kita menunggu di sini tapi bus nya gak dateng-dateng juga, kita udah 1 jam nunggu disini” keluhan Nita. “sabar lah nit nanti busnya juga datang kok..” jawab Ardi. Setelah menunggu lam akhirnya bus yang dari tadi di tunggu dating juga. “nih dia busnya..” Ardi menstop bus. “Dek pada mau kemana nih..?” tanya si supir bus. “mau ke desa Bandulan pak..” jawab Ardi. Akhirnya Empat Sekawan berangkat.




Hantu Kepala Buntung
Di dalam bus mereka saling bercanda. “hi hi hii hi..” Ardi bersikap layaknya pocong dan menakuti Nita. “aaaaarrrrrrgghhhh!!!” Nita dengan takut berteriak dan menampar Ardi yang sedang menjahili Nita. “apa-apaan sih kamu main tampar aja, sakit tau Nit” Ardi yang telah kesakitan menahan sakit yang bekas tamparan Nita. “habisnya kamu jahil gitu kok, tanggung tuh akibatnya. Hahahaha” Nita tertawa bahagia. “Sudah – sudah jangan berantem terus, mending kita istirahat Saja” usul Doni. Mereka pun beristirahat.
“Dek Dek..” kondektur bus membangunkan. “ayo bangun, kalian turun disini saja, bus ini mogok”. Mereka pun turun “haduh masih jauh gak Di?” Tanya Nita kepada Ardi. “masih 3 km lagi nih”. Mereka berjalan dan Ardi mempunyai usul “heh gimana kalo kita lewat hutan sebrang saja biar lebih cepet”. Doni, Nita dan Lita pun berfikir kembali. “baiklah kita lewat hutan saja, dari pada gempor”. Akhirnya mereka ber empat masuk kedalam hutan yang menyeramkan itu

Setelah berjalan cukup lama mereka ber empat baru menyadari kalau sedang tersesat. “waduh Kok dari tadi muter muter aja kita, loe tau jalannya gak Di?” Tanya Doni kepada Ardi. “Dasar sok tau loe Di, sekarang kan kita jadi tersesat kayak gini” Nita menyalahkan Ardi yang telah membuatnya tersesat seperti ini. Sekian lama mereka berjalan, mereka juga mulai lelah dan Lita mulai Putus asa akan kejadian ini “Mati aja kita tersesat seperti ini” Lita pun menagis. Mereka ber empat sudah sangat pasrah dan tak tau apa yang mau dilakukan

Semua Sudah penuh wajah pasrah dan bingung. “haduh aku laper nih, gimana kita makan dulu saja” usul dari Nita pun diterima oleh temannya. Selesai makan mereka lanjut berjalan kembali.”eh Don jangan makan keripik terus dong loe” kesal Ardi. “lah gue laper kok kalau mau ya beli sendiri sono sama setan di hutan, hahahaha” Dino menetawai Ardi. “loe aja sana yang beli, gue ogah banget dah” jawab Ardi dengan kesal.

Sudah 1 jam mereka berkeliling terus dan pada akhirnya Doni mendengar suara berisik di semak – semak “apaan tuh goyang goyang di semak-semak?” Doni pun mendekati asal gerakan dan suara itu. Ternyata hanya sebuah tupai saja “ huh dasar tuh tupai bikin merinding aja” cemas Doni. Mereka pun berjalan kembali, akan teteapi Doni malah merinding. “GILA dah gue kok jadi merinding gini” Doni berkata dalam hati. “kenapa loe Doni kok jadi pucet gitu muka loe?” Tanya Lita. Doni hanya melanjutkan perjalanan tanpa sepatah kata pun. “Makin merinding aja gue nih, apa ada setan yang ngikutin gue?” tanya Doni pada diri sendiri. Ardi menanyakan apa yang terjadi pada Doni. Doni menjawab “gue dari tadi Merinding banget nih Di”. Ardi pun hanya tertawa “hahaha hayo hayo ada setan yang ngikutin loe tuh”. Doni pun semakin takut dan wajahnya makin pucat tampak seperti tak ada darah. “Heh tunggu sebentar..” Doni menyuruh temannya berhenti. “kenapa loe Don?” Tanya Nita. Ternyata Doni mau buang air kecil. “hahaha awas Don ada setan” Jahil Ardi. Doni Berlari ke arah pohon besar dan menyeramkan. “busyet dah nih pohon gue liatin makin serem aja” . Setelah Doni Selesai. Doni melihat Hantu Tanpa Kepala sedang di atas pohon. “whaaaaaaa !! se se se seeettttaaaannnnnnnn!!” Doni pun Berlari sangat cepat. Setelah sampai di tempat teman temannya menunggu, Doni pun menceritakan apa yang di lihat tadi. “hah!! Yang benar loe Don” Kaget Lita mendengar semua Cerita Doni. “waah gila nih Hutan diem diem punya penunggunya” Ardi cemas akan apa yang terjadi.

Semuanya berjalan dengan membaca doa karena takut Hantunya nanti dateng lagi. Tiba-tiba Ardi melihat ada yang terbang daro pohon ke pohon yang lain “Ya Allah Selamatkan lah Hamba Mu ini” Ardi semakin takut dan memejamkan mata. Setelah Ardi membuka mata, ternyata Ardi terpisah oleh 3 temannya “Gila!! Gue malah sendirian gini, mending tadi gak merem dah”. Ardi berjalan terus dengan wajah pucat, tiba tiba ardi dicolek oleh seseorang, saat Ardi melihat siapa yang mencoleknya “wuuaaaahhhhh!! Setaaaaaannnn!!!” Ardi hanya berjongkok dan memejamkan mata kembali. “heh heh Di kenapa loe bilang gue setan?” Tanya Doni. Ternyata yang tadi mencolek adalah Doni temannya sendiri. “dasar loe ngagetin gue aja” kesal ardi. “makanya jalan jangan cepat cepat, gue panggilin dari tadi malah makin cepat jalanya” Doni menertawakan Ardi yang sangat ketakutan. Mereka melanjutkan perjalanan hingga jam 9 malam tidak kunjung ketemu jalan keluar hutan. “gara gara tuh setan kita makin tersesat aja nih” Nita bercakap cakap dengan Lita, Nita mulai pusing dan tiba tiba Nita pun terjatuh, “heh nit bangun bangun” Doni mencoba menyadarkan Nita. Karena Kondisi Nita memperhatinkan, Doni, Lita dan Ardi berhenti sejenak sampai Nita terbangun.

Sudah jam 1 jam dan akhirnya Nita pun tersadar. “Nit loe gapapa kan?” Ardi dan kawan kawan cemas akan keadaan Nita, Tapi Nita bilang sudah tidak apa. “sudahlah Nit kalau masih pusing mendingan kamu istirahat dulu saja” kata Lita. Nita menjawab “aku sudah tidak apa apa kok, ayo kita jalan lagi siapa tahu jalan keluarnya ketemu”. Mereka pun jalan kembali mencari jalan keluar.

“Jalan mulu pegel nih kaki gue, apalagi tadi udah lari-larian dikejar setan” Doni makin kesal tidak temukan jalan keluar. Doni duduk sebentar di sebuah batu besar “heh Don Ngapain loe duduk di sono, mau di tinggal loe” Ardi menakut-takuti Doni. Doni pun cepat bergegas pergi kembali. “eh loe nyadar gak kenapa tuh setan ngikutin kita terus?” Tanya Lita pada ke 3 temannya. “mungkin naksir sama loe kali Lit, hahaha” gurauan Ardi membuat Lita kesal. Semakin lama malam makin mencekam yang membuat semakin takut. Nita berfikir kalau dia di ikuti seseorang, Nita makin risih apa yang dirasakan dari tadi. “kenapa kamu nit kok makin pucet aja?” Tanya Lita. Nita tidak menjawab sama sekali pertanyaan Lita tadi dan terus berjalan. “heh nit kok bengong gitu, Sadar sadar!!” Lita menepuk pundak Nita yang dari tadi berjalan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Nita pun kaget “kenapa aku di kagetin?” Tanya Nita. Lita menceritakan kalau dari tadi Nita bengong seperti orang kesurupan. Nita pun kaget karna tidak sadar kalau dari tadi di ajak ngobrol Lita.

Setelah lelah berjalan, Doni melihat ada seseorang berkain hitam di depan pohon besar. Doni berhenti dan melihatnya lebih jelas lagi, Ternyata itu Hantu Kepala Buntung yang dari tadi menakuti Doni, Lita, Ardi dan Nita. Mereka ber empat lari sampai terjatuh-jatuh. Tak lama terlihat sebuah desa terpencil, mereka ber empat pun pergi ke arah desa. Ada sesorang yang bertanya pada Doni, Nita, Ardi dan Lita “kalian kenapa ada di sini? Apa kalian bertemu Hantu tanpa kepala?” seseorang itu ternyata penduduk desa terpenceil. “kami tersesat pak dan kami memang tadi sempat bertemu hantu tanpa kepala berulang kali” Jawab Doni. Penduduk desa itu menceritakan tentang hantu tanpa kepala tersebut “sebenarnya Hantu itu tidak jahat, dia hanya ingin membantu kalian menemukan jalan keluar, memang hantu itu sangat menyeramkan, tapi hantu itu sangat baik, hantu itu selalu membantu orang tersesat, bila yang mau ditolong melarikan diri, hantu itu akan selalu mengikuti sampai tiba di desa ini”.


Penduduk itu menceritakan semua apa yang terjadi dan Empat Sekawan pun menginap di desa itu. Saat pagi, mereka di antar ke jalan keluar hutan tersebut dan Mereka melanjutkan perjalanan untuk berlibur ke Desa Bandulan

TERIMAKASIH TELAH BERKUNJUNG DI WARUNGBOCAH7.BLOGSPOT.CO.ID

0 komentar:

-->